Menyingkap Tabir Rahasia Suci Ilahi
PAWELING.COM - Judul di atas tampak menarik, terutama bagi kalangan penggemar kaum sufi, tetapi sebagian kalangan yang tidak per...
http://www.paweling.com/2021/08/menyingkap-tabir-rahasia-suci-ilahi.html
PAWELING.COM - Judul di atas tampak menarik, terutama bagi kalangan penggemar kaum sufi, tetapi sebagian kalangan yang tidak percaya adanya kaum sufi menganggap judul tersebut adalah satu kesia-siaan. Karena mereka (kelompok yang terkahir pada kalimat sebelumnya) beranggapan ikut campur dalam urusan internal Tuhan adalah tidak bolah.
Sementara itu, hampir semua kalangan sufi berusaha untuk membuka tabir suci ilahi, sehingga mereka bisa mendekatkan dirnya dengan Tuhan sedekat mungkin. Usaha para sufi ini diringkas dalam beberapa buku oleh Annemarie Schimmel, salah satu orientalis yang berfokus pada dunia mistik (sufi) dalam Islam.
Di dalam bukunya yang berjudul Rahasia Wajah Suci Ilahi, Annemarie mencoba menampilkan wajah Islam yang sebenarnya. Pendekatan yang dia lakukan adalah pendekatan Fenomenologis, sebuah pendekatan yang akan mengahantarkan pada wajah sebenarnya.
Awalnya, Annemarie menganggap Islam dengan wajah yang bengis, brutal, dan penuh terror. Pandangan ini hampir ada dibenak seluruh masyarakat barat (Eropa dan Amerika serikat). Tetapi pertemuannya dengan beberapa mahasiswa Muslim, membuat pandangan itu berubah.
Terlebih ketika dia memusatkan perhatian pada dunia sufi, dia menemukan perbedaan presepsinya tentang Islam dan kenyataan dari Islam yang ditampilkan lewat para Darwis itu.
Berikut adalah sebuah ringkasan, sebuah gambaran dari pemahaman saya terkait bagian awal dari buku Rahasia Wajah Suci Ilahi.
Mula-mula sebelum paham tentang perwujudan dari Tuhan, manusia dengan pemikirannya kala itu memahami ada satu kekuatan ghaib yang berkuasa untuk melindungi manusia dari bahaya. Pemahaman ini lambata laun menjadi semakin terkonsep, sehingga akhirnya muncullah agama.
Agama-agama memiliki sosok suci yang menjadi titik idola dari umat manusia. Jika di Islam maka sosok suci tersebut adalah Nabi Muhammad, dia adalah titik idola bagi seluruh umat Islam dunia. Pada lapis kedua ada para sahabat Nabi Muhammad, dan lapis ke tiga ada para Wali Allah.
Untuk menyingkap tabir Ilahi maka kita harus memahami tabir pertama ini, para Wali, Sahabat Nabi, dan Juga Nabi Muhamad adalah tabir dari Tuhan. Maksudnya adalah kita sebagai orang awam menganggap jika posisi kita sebagai orang awam tidak akan bisa sama dengan para Wali.
Dengan anggapan inilah maka kita hanya bisa memandang Tuhan seperti pandangan dari para Wali. Kita tidak akan pernah bisa menyaksikan Citra Tuhan yang sebenarnya. Dalam sebuah kisah, syech Siti Jenar beranggapan jika posisinya dengan nabi Muhammad adalah sama, yakni menyatu dengan yang paling abadi.
Maka jika dilihat, Posisi dari para wali (termasuk syech Siti Jenar) dengan Nabi Muhammad adalah sama, mereka semua sudah bisa menyatu, yang artinya kembali bersatu dengan dzat Ilahi. Ketika sudah bersatu dengan Dzat yang ilahi inilah, kita bisa melihat wajah suci Tuhan yang asli.
Tetapi menyingkap tabir pertama tersebut adalah langkah awal, sekaligus langkah terakhir untuk melihat wajah Tuhan. Karena sebelum itulah anda harus menyingkap wajah Tuhan berdasarkan presepsi awam manusia.
Seperti tentang sifat Tuhan, Tuhan itu maha penyayang, tetapi sekaligus maha pemarah, Tuhan maha Pemaaf, tetapi di sisi lain Dia tidak memberikan maaf pada beberapa kasus. Tuhan adalah maha pemberi Rezeki, tetapi di sisi lain ada orang yang tidak Dia beri rezeki.
Setelah ini paham, manusia sesuai di dalam buku Rahasia wajah suci Ilahi harus menyingkap benda-benda Suci. Apakah benda tersebut adalah bagian dari Ilahi, apakah mereka diam saja tidak bergerak. Contoh yang pertama adalah tentang batu suci di sisi sudut Kabah.
Batu yang dianggap sebagai batu suci, karena langsung diturunkan oleh Tuhan dari Surganya dengan perantara Jibril. Batu tersebut, karena berasal dari tempat suci, dan sekaligus dibawa Oleh pemimpin para Malaikat, tentu mengandung berkah yang tinggi.
Maka, ketika anda berhadapan dengan batu tersebut, mencari berkah pada sebuah batu yang penuh rahmat tersebut. Atau anda mengharapkan berkah dari sang pencipta batu tersebut.
Dalam hal ini Sahabat Umar pernah berkata, Seandainya aku tidak melihat Nabi Muhammad mencium batu ini, maka tidak akan pernah aku menciumnya.***