Muda dan Tua Sama Saja, Hanya Sebatas Merekam Suara
PAWELING.COM - Saya pernah bermimpi di Indonesia ada partai politik yang mayoritasnya dimotori para pemuda. Terinspirasi dari sejarah Indone...
PAWELING.COM - Saya pernah bermimpi di Indonesia ada partai politik yang mayoritasnya dimotori para pemuda. Terinspirasi dari sejarah Indonesia, bahwa pemudalah yang mempunyai peran penting jalannya bangsa ini.
Tahun 1928 dari kalangan pemuda antaranya Jong Java, Jong Soematera (Poemoeda Soematera), Poemuda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Islamieten Bond, Jong Batakbond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi dan Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia berkumpul untuk berdiskusi menyatukan bangsa ini, hingga akhirnya menghasilkan yang namanya sumpah pemuda.
Setelah itu pada tahun 1945 terdapat juga cerita keberanian pemuda Indonesia yang dikenal Soekarni, dia berani menculik Soekarno dan Mohammad Hatta untuk mendesak memproklamirkan bangsa Indonesia sebagai negara merdeka tanpa campur tangan negara lain. Dan masih banyak sejarah-sejarah yang menceritakan kalangan anak muda berjasa besar untuk membangun bangsa ini.
Sehingga dari situlah saya pernah mengimpikan hal ideal, yakni menginginkan adanya partai politik berbasis anak muda.
Kala itu saya berfikir jika ada anak muda yang terjun ke politik, mungkin bisa menulis sejarah heroiknya di bangsa ini, tentunya masalah di negara ini dapat diringankan bahkan sampai dituntaskan melalui perjuangan politik.
Oleh karena itu, ketika munculnya Partai Solidaritas Indonesia seperti daun baru yang berwarna hijau, rimbun, dan memberikan oksigen bersih di bangsa ini. Apalagi kerap muncul wacana krusial yang diperjuangkan PSI, seperti isu kekerasan, melek politik, politik identitas, dan bahkan masih banyak lagi hal-hal ideal yang disuarakan.
Namun ternyata semakin hari partai yang saya idamkan mulai kelihatan topengnya.
Hal yang diterapkan oleh PSI sendiri sama saja dengan partai lainnya. PSI sering mengucapkan jargon "tolak politik identitas" akan tetapi faktanya mereka juga mempolitisasi suatu identitas.
Saya tidak omong kosong, terlihat jelas saat momentum hari santri, Giring Ganesa sang ketua umum sekaligus mantan vokalis band Niji itu mengcover lagu "Yalal Wathon" yang dinyanyikan di pesantren serta memperjelas identitas organisasi masyarakat keagamaan yang terbesar di Indonesia.
Sungguh disayangkan sebagai partai berbasis anak muda itu. Seharusnya sebagai pembeda akan tetapi strategi yang diaplikasikan tidaklah jauh dengan yang lama.
Oleh : Dhamuri