Gelisah Kok Terus-terusan Datang, Kenapa Tidak Mau Pergi?
PAWELING.COM - Perasaan gelisah itu datang dengan sendirinya. Tanpa perlu permisi pada si pemilik jiwa, tiba-tiba datang merasuk dalam hati ...
PAWELING.COM - Perasaan gelisah itu datang dengan sendirinya. Tanpa perlu permisi pada si pemilik jiwa, tiba-tiba datang merasuk dalam hati dan membuat bingung si empunya.
Tiba-tiba saja, sebelumnya riang gembira, penuh semangat, full senyum tapi sedetik kemudian tanpa pemantik langsung gelisah. Kenapa perlu ada gelisah yang ujungnya hanya membuat pesimis si empunya jiwa.
Jadi, misalkan saya gelisah, gelisah tak punya pekerjaan. Gelisah terus tanpa henti, nanti ujung-ujungnya ya rasa putus asa. Terus putus asa inikan bukan ajaran baik dalam agama, tuhan sering menyuruh hambanya untuk optimis menatap masa depan. Tapi kalau sudah gelisah, bagaimana menatap masa depan dengan optimis?
Herannya, para Nabi itu memiliki banyak kegelisahan. Bukan perkara Kerja, tapi perkara hubungannya dengan Tuhan. Mereka seringnya gelisah jika Tuhan marah padanya.
Jika melihat sejarah para nabi, mereka memiliki satu kesamaan. Para nabi tidak pernah menggantungkan nasibnya pada selain Tuhan.
Berkali-kali para nabi telah diuji dengan ujian cukup berat. Tapi mereka tetap yakin dan selalu bergantung pada Tuhan. Lantas kenapa kita tidak bisa selalu bergantung pada Tuhan.
Seandainya bisa bergantung pada Tuhan, tentu rasa putus asa itu akan hilang. Seperti para nabi yang tidak pernah merasa putus asa.
Tapi kita dan nabi berbeda, mereka bisa berkomunikasi dengan Tuhan secara langsung. Sedang kita, manusia awam yang sulit berkomunikasi dengan tuhan.
Karena itu saya sebagai manusia awam sulit untuk bergantung pada tuhan. Juga sulit menghilangkan rasa putus asa.
Sebenarnya kita bisa belajar pada manusia awam juga. Ada satu jenis manusia awam yang bisa menekan rasa putus asa tersebut. Meski belum tentu mereka selalu menggantungkan hidupnya pada tuhan, setidaknya mereka selalu tampak optimis.
Mereka adalah para politisi, mereka selalu optimis jelang pemilu. Meskipun belum tentu menang, mereka rela mengorbankan batin, fisik dan materi untuk pemilu.
Pertanyaannya, apakah aku harus meniru para politisi?